Aku tidak tau apa yang membuat cewek aneh satu ini bener-bener gila mati sama band yang vokalisnya jarang pakai baju dan jarang pula mengikat rambutnya yang panjang kalo lagi konser. Tapi ya itulah Rasti, Rasti Pramesthi Negara. Namanya sih cukup unik pakai kata-kata ‘Negara’, katanya sih ini salah satu bentuk apresiasi patriotisme orang tuanya sama negara tercinta kita ini. Hmmm….
Kita emang santri di suatu pesantren di sebuah kota kecil di Jawa tengah, kota yang lumayan ‘makmur’ kalau menurutku. Kota yang orang-orang baru paham jika kita bilang –Pemalang Pak, itu loh kota antara Tegal dan Pekalongan- baru deh orang yang bertanya mungkin sedikit paham. Tapi kalo sekarang sih mungkin agak cukup dikenal. Karena salah satu teroris yang pernah buat Bali jadi heboh yaitu D*lm*tin yang juga alumnus SMA-ku adalah orang Pemalang. Hahahaha….#kurang keren apa coba?.
Oke! Kembali ke teman sekamarku yang emang autis level kronis ini. KalauUstadzah Rina masuk kamar kita untuk nge-cek pasti dia cuap-cuap, secara Rasti yang kurang kerjaan.
“Ya Alloh…Rastiii…kamu apa kurang kerjaan? Ndak sopan kamar santri koq ya kamu tempel-tempeli temboknya pake poster ndak jelas begitu?!” kalau sudah begini Ustadzah pasti udah ikutan galau kaya aku.
“Lho..ustadzah kan sudah saya kasih tau, itu namanya SLANK..band super yang melegenda,hehehe..” selalu itu jawaban Rasti,
Ustadzah hanya mengelus dada dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ulah Rasti.
“Ras…kamu mbok ya bener sedikit sih, masa sampai gilanya kamar kita ini jadi korban?” tukasku,
“ini sebagai salah satu bentuk rasa kekagumanku pada Kaka dkk…terutama Aa’ Abdee Negara, hehehe” Rasti selalu tersipu-sipu tidak jelas setiap menyebut gitaris SLANK yang nama belakangnya sama dengan dia. Abdee Negara.
“makan tuh Abdee…” kelakarku sembari menyambar handuk dan bergegas pergi meninggalkan Rasti yang cengar-cengir sambil mengusap-ngusap poster SLANK kebanggannya itu.
“dasar Ares syirik…!!!” serunya tanpa mengalihkan pandangannya dari tembok yang disulap menjadi wajah-wajah personil SLANK yang biasa aja kataku.
Kita adalah siswi kelas XII jurusan ilmu alam disalah satu SMA favorit di Pemalang, kita juga sekelas dan sebangku lagi. Tak heran bosen rasanya tiap hari lagi-lagi Cuma Rasti. Sehari-hari ya inilah kegiatan kita.
Jam 7 pagi sampai jam 2 untuk kita-kita yang pelajar ya kegiatan di sekolah. Selanjutnya kegiatan di pesantren dari ba’da ashar. Jadi ada waktu dari jam 2 sampai jam 3 kita bisa istirahat.
Bel pulang berbunyi. Siswa-siswi bergegas meninggalkan ‘rumah’ belajarnya.
Aku dan Rasti langsung ngacir ke tempat parkir. Rasti memang anak seorang anggota DPRD di Pemalang dan anak satu-satunya pula. Aku sempat heran kenapa ayahnya mau menitipkannya di pesantren, Rasti pernah bilang kalau alasan ayahnya adalah biar dia jadi alim dan gak begajulan sebagai cewek. Rasti segera menuntun motornya keluar parkir. Di pesantren Cuma dia yang membawa kendaraan bermotor, padahal sih jarak pesantren ke SMA kita Cuma lima menit. Sebenernya ada larangan bawa kendaraan bermotor tapi cerdiknya dia, dia malah menitipkan motornya di warung makan belakang pondok.
“Res…anterin aku yah..” kata Rasti sembari menyerahkan helm ke tanganku.
“kemana? Jangan aneh-aneh kamu, nanti kita kena hukum Ustadz Ali gara-gara pulang telat,” tukasku.
“yowes…tenang ajalah, orang aku ya Cuma mau beli majalah kok…”
Kita berdua-pun akhirnya tancap gas muter-muter kota kecil Pemalang sebelum akhirnya mendarat di depan subuah agen majalah. Bayi pake tanktop juga bakal tau kalo ini anak bakal ngacak-ngacak majalah yang didalemnya ada SLANK pasti di sambernya.
“Om, majalah SLANKnya dong satu, oya ada majalah apa gitu yang ada SLANKnya gitu, ada Om?” tanya Resti pada Om-om penjualnya.
“oh…ini ada Mb, pas banget tinggal satu. Mb SLANKy ya?”
“hehehe…udah keliatan dari mukanya ya Om?” jawabku ikut nimbrung,
“pastinya dong Res…” lanjut Rasti,
“gak juga kok Mbak..Mbak kan bawaannya kayak santri tapi kok bisa nge-fans sama band begitu?” jawab Om-nya asal,
Dalam hati aku tertawa mendengar statement om penjual majalah.
“yee…emang dilarang sama Alloh SWT dan Nabi Muhammad kalo aku nge-fans sama SLANK? Mereka kan juga ciptaan Alloh om, yang ndak boleh kalau aku nyembah-nyembah gitu minta duit ke mereka, hhuu” sembur Rasti.
“ya ndak sih Mbak..hehehe”
“yaudah semua berapa Om?”
“24ribu Mbak”
Rasti mengambil uang lembaran duapuluh ribuan dan selembar lima ribuan.
Hari telah larut. Hari ini cukup melelahkan. Aku membaringkan tubuhku di kasur. Si Rasti kemana?.
Aku menghampiri tempat tidur Rasti. Sebuah buku bersampul serba SLANK tergeletak dengan indah di atas kasur. Aku mebolak-balikkan lembar demi lembar. Foto-foto, semua info, cover album-album SLANK dengan rapinya menghiasi lembaran buku yang lumayan tebal itu.
Yang menarik perhatianku di dalam buku itu adalah sebuah gambar berbentuk hati bertuliskan “ I luph U fulllll ABDEE NEGARA” dan dibawahnya sebuah biodata singkat tentang Abdee,
ABDEE
Abdee Negara atau populer dengan Abdee Slank, lahir di Donggala, Sulawesi Tengah 28 Juni 1968. Ia adalah seorang gitaris, vokal pendukung, penulis lagu bagi grup musik Slank.
Sementara Slank sendiri adalah grup musik yang selalu eksis menelurkan album-albumnya sejak 1983. Grup ini semula merupakan grup musik yang terdiri dari anak-anak SMA Perguruan Cikini, Jakarta, yang terdiri Bimo Setiawan (drum), Boy (gitar), Kiki (gitar), Abi (bass), Uti (vokal) dan Well Welly (vokal).
Sayang grup ini tidak bisa bertahan dengan formasinya, sehingga berturut-turut terjadi perombakan personil sampai akhirnya terbentuk formasi yang ke-14 pada 1996 dan bertahan sampai sekarang.
Pada formasi terbentuk terdiri, Kaka masuk sebagai vokalis, dengan personel lain terdiri dari Bimbim (drum), Ivanka (bass), Ridho (gitar) dan Abdee (gitar).
…
Nama lengkap : Abdee negara
Nama panggilan : Abdee
Tempat tanggal lahir : Donggala, 28 Juni 1968
Agama : Islam
Tinggi/Berat badan : 170 cm / 50 kg
Hobi : Motor Cross
Influense : Keith Richard, Jimmy Hendrix
Instrumen : Guitars
Dan bukan Cuma gitaris pujaannya itu, biodata semua personel tersusun rapi di bukunya. Ada lagi artikel yang mengulas tentang semua album-album grup band SLANK dari album pertamanya di tahun 1990 yaitu ‘Sui-Suit hehe’ bahkan aku aja belum muncul,Ini nama album kok aneh begini?? Dalam bahasa jawanya wagu. Banyak juga albumnya, dan yang terakhir rilis adalah ‘Jurus Tandur’ yang kependekan dari Maju terus pantang mundur. Sampe-sampe aku hafal ini lagu karena tiap hari nyaring terdengar di kupingku.
Pernah suatu hari di pengajian, Ustadzah menjelaskan makna dari sebuah suroh di dalam Al-quran. Rasti ketiduran di dalam masjid. Ustadzah Aisyah tau dan menyuruhku membangunkan Rasti.
“apaan sih Res? Kamu ndak tau aku lagi mimpi ketemu SLANK apa?” Rasti seperti tidak sadar kalo dia ada di dalam masjid mendengarkan pengajian Ustadzah Aisyah.
“Rasti? Ketiduran lagi kamu?”
“eeh…afwan Ustadzah…hehehe” jawab Rasti tanpa dosa.
Seluruh santri tentu saja memalingkan wajahnya pada Rasti. Aku hanya menunduk melihat ulah sahabatku.
“ketemu sama SLANK?”
“ndak Ustadzah, Cuma ngimpi..” jawabnya tanpa dosa.
“mau jadi apa kamu nduk, seharusnya kita meneladani sikap dan tingkah kanjeng Nabi, kamu malah mengidolakan band itu,”
“tenang aja Ustadzah, di hati saya tetap Alloh nomer satu, Nabi Muhammad juga suri teladan buat saya dan orang tua yang saya hormati tapi sama SLANK ini saya kagum Ustadzah sebagai rasa kekaguman saya sesama manusia ciptaan Alloh,”
“wes lah..kamu pancen pinter ngeles,” Ustadzah nyerah,
“Door…!!!” Rasti muncul tiba-tiba dan mengagetkanku.
“hih!! Pancen bocah sedeng!!”
“hmmm….buka-buka buku aku ati-ati, ntar ikutan nge-fans lho…hahahaha”
“emoh aku kalo harus nge-fans sama Aa’ Abdeemu itu Ras!”
“kualat kowe Res,” Rasti menerima bukunya dari tanganku dan membanting tubuhnya ke kasur.
“gak!” jawabku singkat.
Mataku serasa bohlam 5watt, rasa kantuk menyerang. Dimensi mimpi kembali menjemputku.
Aku sedang sendiri di kelas, pasalnya Rasti dan teman-teman yang lainnya pergi ke kantin. Sebenernya aku ditawarin buat bareng Cuma males aja.
Aku menyambar henfon Rasti yang emang sengaja dia tinggalkan di kelas, katanya kali aja aku kangen dia, mainan aja pakai henfonnya. Narsis gila itu anak.
Aku membuka MP-3nya yang sudah pasti lagu-lagunya BAND SUPER DUPER KEREN menurutnya. Apanya??? –batinku-. Jari-jariku berhenti di salah satu daftar lagu yang berjudul “anyer 10 maret”, hmmm…lumayan penasaran aku dekatkan speaker henfon. Kenapa ada lagu SLANK yang soswiiit gini. Aku pikir SLANK Cuma bikin lagu yang rame-rame gitu tapi ternyata di samping itu semua, SLANK bisa romantis juga.
“hayoooo…huhhh, dengerin lagu-laguku juga? Doyan emangnya?” sergah Rasti yang datang tak dijemput pulang tak diantar.
“ndak…iseng aja Res,” aku berusaha menyembunyikan perasaanku sendiri yang bilang kalau itu lagu beneran bagus banget. Tapi gengsi dong.
“Ares…ares, mukamu merah gitu, bohong yaa…” Rasti menangkap gelagat salting dari ekspresi wajahku.
Ingin rasanya aku menutup seluruh wajahku ini dengan jilbab putihku.
Aku yang selalu mencibir Rasti tentang SLANK kebanggaannya itu kini berbalik suka sama salah satu lagunya?.
“tenang aja…Res, oya di Pekalongan sebulan lagi ada konsernya Aa Abdee lho..”
“terus?” jawabku cuek,
“ya ampun Res, kamu kayak ndak tau maksudku aja..hmm…” Rasti mengerlingkan matanya padaku. Aku menanngkap maksud dari ekspresi mukanya.
“mau nonton? Aduh..wes lah ndak usah macem-macem kamu, cari penyakit aja,” nasehatku padanya,
“yaaahhh…ini impianku Res, kapan lagi bisa liat SLANK secara live..hahaha..”
“walaah..kamu yo ndak bakalan ketemu dan salaman juga kan, Cuma liat dari jauh, itu kalo beruntung kamu gak di injek-injek sama orang.”
“Arees…kamu koq malah nyiutin nyaliku toh ya? Hhuh!” Rasti bersungut-sungut dan sibuk dengan hapenya.
Rasti paling gak bisa marah lama-lama dari aku. Paling 5 menit lagi juga dia bakal ngajak aku ngobrol lagi.
“huh…capek aku,” keluh Rasti.
“kenapa?” aku melipat rapi mukenaku yang baru saja aku pakai sholat isya berjamaah di masjid tadi.
“abis kalau Ustadz Ali yang jadi Imam pasti lama, baca surohnya yang panjang-panjang.” Sungut Rasti.
“niatmu ndak karena Allah kalau begitu.”
“enak aja kamu, oya aku dapet artikel baru lho..”
“tentang SLANK?” tebakku.
“apalagi? Nih, kamu liat deh.”
“biasa aja..” namun mataku tertuju pada salah satu gambar personel band yang tidak terlalu kusukai itu. Keyboardisnya.
“ini siapa Ras?”
“dia itu Ridho, keyboardisnya SLANK.”
- Mohammad Ridwan Hafiedz- batinku. Namanya saja keren.
Gak. Masa iya aku kesengsem sama sapa? Ridho?. Ini pasti aku kena syndrome gila kaya Rasti. Wah udah gak bener ini otak.
Malam kembali hadir memberi nuansa yang berbeda. Bintang-bintang yang bertaburan di langit bagai kilau yang indah diatas kanvas hitam. Indahnya ciptaan Alloh.
Aku perlahan memejamkan mata.
Konser itu ramai sekali. Pantas SLANK banyak penggemar fanatiknya, mereka walaupun terkesan slengean tapi tetap punya aura dan kharisma tersendiri dimata para fans.
Aku seperti melupakan Rasti yang kutinggalkan saat kita terpisah tadi. Dan tak kusangka, personel SLANK hanya beberapa meter saja dari tempatku berdiri di backstage.
Ridho...ya itu Ridho. Ingin rasanya aku memeluk lalu meminta foto dan tanda tangannya.
“Kak,” panggilku.
“Hey..” sahut Ridho. Ridho benar-benar menoleh padaku. Subhanalloh...
Binar bahagia seketika aku rasakan. Ridho menjawab sapaanku.
“Kak Ridho...”
Namun seperti ada yang menarikku dari belakang.
“Ares! Bangun!!”
“Kak Ridhooo,” aku semakin berteriak.
“BANGUUUUUUUUUUN!”
Glekk!!
Itu hanya mimpi. Rasti tertawa puas sembari memegangi perutnya melihatku. –awas kamu Ras!-
“mimpiin SLANK? Makanya jangan suka ngenyek!”
-biarlah ini mimpi sesaat tapi suatu saat aku pasti bisa bertemu Kak Ridho dan SLANK- batinku.